MENU UTAMA

Saturday, May 5, 2007

Stok lawas:APBD DAN PROFESIONALISME KLUB

Separuh Napas Kontestan Liga Indonesia 2007

Kompetisi divisi utama liga Indonesia XIII akan segera digulirkan. Menariknya roda yang siap diputar ini kembali harus terhenti. Benarkah pengelola liga Indonesia tak mau belajar dari permasalahan-permasalahan yang pernah muncul dikompetisi sebelumnya? Sebuah pertanyaan yang tentunya hanya bisa dijawab oleh para penggerak roda kompetisi di negeri ini. Terlepas dari pertanyaan tersebut tentunya kita juga masih ingat betapa dalam setiap jelang kompetisi kita selalu disodori berita ribut-ribut soal jadwal, belum lagi pada saat kompetisi dilangsungkan, perubahan jadwal maupun molornya jadwal kompetisi selalu menghiasi kompetisi terpanjang didunia ini.
Sebelumnya PSSI menunda kompetisi divisi utama liga Indonesia 2007 selama sepekan. Kemudian PSSI menetapkan gelaran liga akan dimulai tanggal 3 pebruari 2007, akan tetapi apa yang terjadi kemudian? H -5 jelang peluit panjang tanda pertandingan pertama digelar PSSI mengumumkan penundaan jadwal kompetisi menjadi mundur sepekan lagi yang berarti kompetisi baru akan di mulai tanggal 10 pebruari 2007.
Baiknya kita lupakan dulu sejenak ribut-ribut tentang kick off kompetisi divisi utama liga Indonesia, karena ada satu hal yang lebih penting terkait kesinambungan kompetisi di tanah air, apalagi kalau bukan masalah dana yang digunakan klub untuk berkompetisi.
Pemerintah, dalam hal ini melalui Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 mulai menyoal penggunaan dana APBD untuk membiayai klub-klub sepakbola di tanah air. Aturan yang tertuang dalam PP dan Permendagri tersebut mengatur pos bantuan keuangan dalam APBD tidak boleh dilakukan terus menerus ke satu organisasi dan jumlah dana yang diberikan tidak boleh semakin besar setiap tahunnya. Menariknya selama ini justru yang terjadi adalah sebaliknya, kenyataannya dari 36 klub anggota divisi utama liga Indonesia hanya ada 4 tim yang tidak menggunakan dana APBD untuk biaya klub( Arema dibiayai swasta, Semen Padang, Pelita Jaya Purwakarta dan PKT Bontang di biayai BUMN).
Itu berarti ada 32 tim anggota divisi utama yang selama ini dan sudah berlangsung bertahun-tahun selalu netek ke induk semangnya yaitu pemkot maupun pemda melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Ironisnya penggunaan dana tersebut setiap tahun bukannya semakin berkurang tapi justru semakin bertambah besar. Katakanlah penyelenggaraan kompetisi divisi utama liga Indonesia tahun 2007 ini adalah yang ketigabelas kalinya, meskipun juga sempat terhenti pada tahun 1998 yang lalu, sudah berapa milyar rupiah dana APBD yang di habiskan untuk mengelola klub sepakbola? Belum lagi dana yang juga dikucurkan untuk klub divisi satu maupun divisi dua Wow, kalau dibandingkan dengan hasil yang dicapai saat ini tentunya kesia-siaan yang tidak sepadan dengan pengorbanan yang telah diberikan.
Harus diakui, sepakbola adalah olahraga rakyat meskipun rakyat juga sudah begitu lama memendam kerinduan prestasi sepakbola tanah air yang tak kunjung tiba menyiram dahaga haus gelar. Awalnya merupakan upaya yang begitu mulia ketika pemerintah mengulurkan tangan dengan dana APBD untuk memodali klub agar bisa eksis di arena kompetisi dengan harapan sepakbola nasional juga akan terangkat prestasinya dikancah internasional. Tapi yang terjadi kemudian justru diluar penalaran kita ketika klub menjadi keenakan menetek dana APBD dan belaian kasih pemkot maupun pemda yang nyata-nyata menjadikan klub sepakbola sebagai anak angkat. Ujung-ujungnya klub sepakbola menjadi sarana kampanye politik dan ladang korupsi. Bagaimana mungkin mau berbicara prestasi dan profesional jika campur tangan ini masih terus terjadi? Atau barangkali sebuah daerah merasa prestisenya terangkat ketika mempunyai klub yang berlaga di divisi utama?
Pro dan kontra mengenai penggunaan dana APBD untuk pembiayaan klub ini juga menjadi topik hangat dan diskusi seru diforum interaktif program Semanggi Suroboyo Radio Kota fm Surabaya pada hari rabu, 31 januari 2007 dari jam 05.00-07.00 wib. Program Semanggi Suroboyo sendiri sejak tahun 2004 konsisten mengulas catatan dan informasi seputar sepakbola baik luar negeri maupun dalam negeri. Nah, dari program interaktif ini dapat di ketahui begitu banyak pendengar penikmat bola yang antusias memberikan dukungan untuk penggunaan dana APBD, maupun juga pendengar yang sepakat klub mendapat suntikan dana APBD namun harus di lakukan audit terhadap klub pasca kompetisi untuk menghindari korupsi. Ada juga pendengar penikmat bola tanah air yang menginginkan klub tetap didanai APBD namun dengan ketentuan tidak sebesar yang diterima klub saat ini, dan klub diharuskan dapat mencari dana sponsor.
Lebih ekstrim lagi ada pendengar yang bergabung melalui sms maupun telepon yang mengatakan mestinya klub tidak lagi mendapat kucuran dana dari APBD atau kalau perlu kompetisi dihentikan untuk sementara sambil menanti kejelasan dan dilakukan pembenahan pada induk organisasi sepak bola yakni PSSI. Tidak sedikit sms yang mengusulkan lebih baik dana tersebut di alokasikan untuk pos kesejahteraan dan pendidikan warga, atau kalau klub tetap menggunakan dana APBD dikatakan sudah semestinya ketika kita menyaksikan pertandingan sepakbola di stadion ya nggak usah bayar wong kita juga bayar pajak yang notabene merupakan sumber APBD. Atau kalau memang pemerintah menganggarkan dana untuk olah raga lebih baik dianggarkan untuk olahraga selain sepakbola yang prestasinya lebih bagus ketimbang sepakbola. Sementara itu penelpon lainnya justru mengusulkan mestinya anggaran itu untuk tim-tim amatir yang nyata-nyata tidak berkompetisi di arena professional. Kalau mereka mereka berani menyebut dirinya klub yang profesional yaa, wajar dong kalau mereka membiayai sendiri dan tidak bergantung terus pada APBD.
Perlukah kompetisi liga Indonesia dihentikan? Sangat sulit dijawab, saya yakin orang yang tidak suka dan tidak peduli dengan sepakbola pasti bilang lebih baik tidak ada kompetisi jika selama ini kompetisi hanya begitu-begitu saja dan hanya bisa dinikmati segelintir orang. Selesai sampai disitukah permasalahan? Saya rasa tidak. Para pecinta dan pemerhati bola pasti akan memperjuangkan agar kompetisi tetap dilangsungkan. Belum lagi ketika kompetisi benar-benar di hentikan, ada berapa banyak orang yang menggantungkan kehidupannya dari sepakbola, pelatih, pemain, wasit, pedagang, tukang parkir dan lain-lain termasuk keluarganya, belum lagi masalah supporter. Akankah kita membunuh kegairahan supporter yang sudah sedemikian rupa? Hal yang sangat di sayangkan tentunya. Percaya atau tidak sepakbola telah menyublim dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita akan membunuh mimpi anak-anak kita yang belum menjadi kenyataan, ketika mereka dengan rajin sepulang sekolah berlatih sepakbola di SSB? Tapi ternyata kompetisi dihentikan, kalau begitu buat apa capek-capek berlatih.
Pada intinya kompetisi liga Indonesia harus tetap berjalan dengan segala konsekwensinya. Apalagi setelah PSSI dan BLI merencanakan bakal menggulirkan liga super ditahun 2008. Di arena super liga sebanyak 18 klub bakal berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Tidak peduli klub tersebut berasal dari ujung paling barat pulau Sumatra maupun klub yang berasal dari ujung paling timur pulau Papua wajib menjalani kompetisi dalam satu wilayah dan mereka harus saling bertemu. Wah, kalau begitu lebih banyak lagi dong dana yang akan dikeluarkan masing-masing klub? Kenyataannya demikian dan inilah permasalahan yang harus segera diselesaikan oleh calon klub peserta super liga.
Jika selama ini klub selalu terbuai sokongan dana APBD, mau tidak mau menyongsong gelaran liga super 2008 klub harus mulai berpikir dan bekerja keras untuk mencari dana, meskipun pemerintah juga harus tetap bijak untuk memberikan kemudahan dan bantuan dana demi kesinambungan kehidupan klub sepak bola. Bukankah UU Nomor 03 tahun 2005 mendukung APBD mengalokasikan dana untuk keolahragaan nasional. Disebutkan dalam undang-undang Nomor 03/2005 pasal 69 ayat 1 bahwa Pendanaan keolahragaan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Di ayat 2 dijelaskan, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui APBN dan APBD.(detik.com tanggal 30 januari 2007).
Upaya paling logis adalah mencari dana melalui sponsor, hanya masalahnya ketika klub sudah berupaya untuk mencari sponsor ternyata justru pihak sponsor yang nampaknya enggan untuk menginvestasikan dananya pada klub sepak bola. Nah kenapa sponsor tidak berminat pada sepakbola? ini juga harus segera dijawab para pengelola klub sepakbola. Jika dirunut sebenarnya ada beberapa hal yang membuat sepakbola tidak diminati pihak sponsorship. Dimanapun para pengusaha atau pemilik modal selalu berorientasi pada uang. Ketika seorang pengusaha menginvestasikan uangnya mau tidak mau juga harus diakui bahwa pengusaha tersebut berupaya untuk mengembangkan modal yang ditanamkan. Apakah ada seorang pengusaha yang menanamkan modalnya pada proyek yang merugi terus?
Dari rangkaian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek yang memengaruhi kenapa pihak pemilik modal tidak mau menanamkan modalnya pada klub sepakbola? Yang pertama, selama ini Manajemen klub tidak tertata secara professional meskipun mereka selalu mengatakan bahwa mereka adalah klub yang profesional. Sedikit sekali dari klub yang mencoba untuk membenahi sistem manajerialnya. Apalagi membenahi infrastrukturnya, berapa banyak stadion yang layak untuk menggelar kompetisi jika kita mengacu pada standar yang baru diterapkan oleh BLI untuk menggelar superliga.
Ketika banyak klub saat ini mulai berpikir untuk mencari keuntungan, ternyata pihak klub justru masih kebingungan bagaimana cara mencari dan menciptakan peluang untuk mendapatkan keuntungan. Mereka belum berpikir bagaimana caranya klub bisa mendatangkan duit dari menjual saham kepada publik atau merchandiser klub. Jujur harus kita akui sulitlah kiranya jika klub selalu bersandar pada dana APBD yang merupakan uang rakyat yang juga harus dikembalikan kepada rakyat pembayar pajak demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Betapa kita juga harus ingat masih banyak permasalahan rakyat yang juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Terakhir yang juga penting kompetisi liga Indonesia harus tetap digulirkan apapun konsekwensinya, demi kemajuan prestasi sepakbola dan olahraga tanah air. Bukankah Presiden SBY juga mengatakan bahwa kehormatan bangsa di mata internasional juga bisa diraih melalui pencapaian tinggi prestasi olahraga. Yang paling penting pemutar roda kompetisi dan pengelola klub sepakbola harus orang yang arif dan tidak hanya mementingkan keejahteraan diri sendiri dan teman-temannya. Tetap semangat untuk sepakbola dalam negeri.

No comments:

 

MENU UTAMA: